Thursday, October 14, 2010

Aktivis NasDem: Pemerintah Belum Optimal

Jakarta (ANTARA) - Pengamat Ekonomi Didik J Rachbini menilai, setahun pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono masih belum optimal dalam menjalankan tugasnya.

"Pemerintahan belum optimal, hasilnya banyak yang terbengkalai," kata Didik yang juga aktivis Nasional Demokrat di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, berbagai program pemerintah untuk mendorong perekonomian tidak jalan. Program seperti infrastruktur macet. "Jalan-jalan tol yang katanya mau dibangun, tidak ada," katanya.

Selain itu, program untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak juga terhambat. "Berbagai program sulit terlaksana, konversi gas, pembatasan BBM tidak juga jalan. Padahal banyak program subsidi yang membebani," katanya.

Menurut dia, perekonomian Indonesia sangat beruntung dengan faktor-faktor eksternal pemerintah. Faktor eksternal pemerintah telah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap tinggi. Seperti aliran dana masuk dan masih kuatnya daya beli masyarakat.

Namun demikian, menurut dia, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih baik, tingkat kesejahteraan di masyarakat bawah justru memburuk.

Hal itu dapat terlihat dari data membengkaknya jumlah tenaga kerja informal dari 64 juta menjadi 68 juta jiwa.

"Ini terjadi peralihan dari mereka yang dulunya bekerja di sektor formal ke informal yang kualitasnya lebih buruk, upahnya lebih rendah, jam kerja rendah, kesejahteraan rendah," katanya.

Ia menambahkan, sektor informal di Indonesia terus membengkak meskipun telah banyak kementerian yang menangani masalah ini.

Untuk itu, ia menyarankan agar pemerintah tidak hanya berwacana dalam membangun infrastruktur. "Tetapi jelas dan tegas serta tangkas. Jadi jangan hanya bilang mau bangun ini-itu, tapi tidak kerjakan. Mungkin perlu strategi yang lebih baik," katanya.

http://id.news.yahoo.com/antr/20101014/tpl-pengamat-wacana-referendum-soal-diy-cc08abe.html

Thursday, October 7, 2010

Golkar-NasDem Perang Terbuka


Partai Golkar mulai dilanda ketakutan hebat melihat gerak aktivitas Nasional Demokrat (Nasdem) yang dibidani tokoh-tokoh sentral Golkar. Ketakutan itu ditunjukkan Golkar secara terbuka dengan menyatakan ormas pimpinan Surya Paloh itu telah memanfatkan jaringan partainya dalam pergerakan di berbagai daerah.

Ketakutan itu juga dilaporkan karena Golkar mendapat “laporan intelijen” bahwa Nasdem dalam waktu dekat akan mendeklarasikan diri menjadi parpol dengan target suara lima hingga 10 persen. Pengamat melihat laporan ini menjadi titik picu ketakutan dan perang terbuka antara Golkar dan Nasdem saat ini.

Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), R Siti Zuhro, melihat ketakutan Partai Golkar atas keberadaan Nasdem sangat wajar karena banyak kader Golkar, baik petinggi maupun kader di akar rumput, sudah masuk Nasdem.

“Ini ketakutan yang wajar. Sebab, kalau Nasdem  jadi parpol maka dalam Pemilu 2014, Golkar bukan hanya harus berhadapan dan bersaing dengan parpol besar seperti Demokrat dan PDIP. Tapi, basis suara Golkar juga akan tergerus oleh Nasdem, ” ungkap Siti kepada matanews.com

Menurut Siti, keberadaan beberapa tokoh sentral Golkar di Nasdem menjadi pengaruh besar bagi kader Golkar di tingkat akar rumput. “Ini menjadi sumber ketakutan serius Golkar menyongsong 2014.”

Ia juga berpendapat kemungkinan Nasdem menjadi parpol sangat besar bila melihat dari gerak aktivitas dan promosi lewat iklan televisi yang dilakukan secara tanpa henti.

“Dari pola yang ditempuh saat ini, saya punya keyakinan Nasdem akan jadi parpol dalam satu dua tahun mendatang. Jadi wajar jika Golkar resah  gelisah,” sebut Siti Zuhro. (*edy/ham)


NasDem Ancaman untuk Parpol?

Nasional Demokrat terus melakukan roadshow ‘Tour de Java’ meski sempat disindir Presiden SBY. Dikomandoi mantan Ketua Dewan Penasihat Golkar Surya Paloh, digadang-gadang Nasdem akan bermetamorfosa menjadi parpol di Pemilu 2014.  Betulkah Nasdem akan menjadi ancaman bagi parpol?

“Partai politik sebaiknya tidak melihat Nasional Demokrat sebagai sebuah ancaman. Kami terbuka, jadi kami merasa cukup terkejut apabila ada selentingan bahwa terdapat beberapa parpol yang melarang anggotanya masuk ke Nasional Demokrat,” kata Ketua Perempuan, Pemuda dan Mahasiswa Nasional Demokrat Meutya Hafid di Yogyakarta,  Sabtu (7/8/2010).

Menurut dia, sampai saat ini, haluan yang dianut oleh Nasional Demokrat adalah sebagai organisasi masyarakat bukan sebagai sebuah partai politik, sehingga seharusnya tidak perlu merasa takut apalagi terancam.

“Kami masih terus berkonsentrasi untuk membesarkan Nasional Demokrat sebagai sebuah organisasi masyarakat,” lanjut Meutya.

Ia menyatakan, sejak dideklarasikan pada 1 Februari 2010 hingga saat ini yang dilakukan Nasdem adalah pada kegiatan kemasyarakatan, seperti bakti sosial. Dan itu bukan mengarah pada kegiatan politik praktis seperti yang biasa dilakukan oleh partai politik, apalagi untuk menjadi sebuah partai politik terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi.

Namun demikian, kata Metya, pihaknya tidak bisa mengharamkan apabila pada suatu saat nanti organisasi masyarakat tersebut berubah bentuk menjadi sebuah partai politik apabila ada desakan kuat dari masyarakat.

“Nanti akan diputuskan bersama. Semuanya tergantung dari suara masyarakat. Sejauh ini, masyarakat adalah simpatisan Nasional Demokrat,” imbuhnya. (*an/ana)


Agung: Golkar Tidak Panik

Penjelasan Sekjen Partai Golkar Idrus Marham, soal organisasi massa (ormas) Nasional Demokrat (Nasdem) bukan produk Partai Golkar, bukan merupakan bentuk kepanikan partai beringin tersebut.

Penegasan tersebut diungkapkan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono, menjawab pertanyaan wartawan, Senin (28/6) di Jakarta.

“Penegasan Sekjen Idrus Marham soal Nasdem yang disampaikan beberapa waktu lalu itu sama sekali tidak mencerminkan kekhawatiran partai atas eksistensi ormas tersebut,” ujar Agung.

Menurut Agung, Idrus hanya ingin mengkarifikasi bahwa Nasdem bukan ormas produk Partai Golkar. Berbeda dengan sejumlah ormas lain seperti SOKSI, MKGR ataupun Kosgoro yang memang berafiliasi dengan Partai Golkar.
Penjelasan Idrus tersebut, kata Agung, lantaran banyak fungsionaris Golkar di daerah bertanya-tanya tentang Nasdem, sehingga dipandang perlu adanya penjelasan resmi.

Politisi yang juga mantan Ketua DPR itu mengakui bahwa selama Nasdem masih berwujud sebagai ormas, maka Partai Golkar pun tidak bisa meminta kader-kader Golkar yang ada di Nasdem untuk mundur.

“Tetapi persoalannya Nasdem sendiri telah berulang kali mengisyaratkan akan menjadi partai politik sehingga kalau nantinya memang menjadi parpol atau kompetitor Golkar, maka sebaiknya sedini mungkin secara jantan dideklarasikan sehingga jelas posisi masing-masing,” ujar Agung.

Saat ditanya seberapa banyak kader Golkar yang saat ini juga aktif berkiprah di Nasdem, Agung Laksono mengakui belum memiliki data yang lengkap tentang hal tersebut.

Hal itu dikarenakan Golkar tidak bisa melarang siapapun membuat ormas. “Jadi ini hanya sekedar mengjernihkan saja bahwa Nasdem bukan produk Partai Golkar. Penjelasan ini juga bukan karena kepanikan atau kita kebakaran jenggot,” ujarnya.

Namun jika akhirnya Nasdem benar-benar mewujud menjadi partai politik, menurut Agung, maka saat itu pula kader-kader Golkar yang berada di Nasdem harus keluar dari Golkar. (*an/bo)

Elit ke NasDem, Golkar Ciut

Arbi Sanit

Partai Golkar meradang terhadap eksistensi Nasional Demokrat (Nasdem) karena ormas pimpinan Surya Paloh itu dinilai sudah “mencuri” banyak kader sentral partai beringin. “Golkar meradang karena kehilangan banyak kader kelas satunya,” ungkap Arbi Sanit.

Pengamat politik Universitas Indonesia (UI) itu menilai, ketakutan Golkar yang terbaca dari pernyataan-pernyataannya saat ini lebih diakibatkan oleh kehilangan kader elitnya ketimbang karena Nasdem akan menjadi partai politik.

“Golkar sekarang ini sudah kehilangan begitu banyak kaum elitnya karena direkrut dan masuk Nasdem sehingga yang tersisa saat ini hanya kaum elit kelas dua dan kelas tiga. Hal inilah yang membuat Golkar ketakutan dan uring-uringan pada Nasdem,” kata Arbi kepada matanews.com, Jumat (25/6).

Arbi menambahkan, krisis kepemimpinan dalam tubuh Golkar saat ini bisa menyebabkan Golkar kalah bersaing dengan partai-partai besar lain di Pemilu 2014 nanti. Apalagi, sebutnya, elit partai yang hengkang bukan hanya di tingkat nasional tapi juga hampir seluruh daerah di Indonesia.

“Partai besar seperti Golkar kalau sudah ditinggalkan kaum elitnya akan sangat berbahaya bagi masa depan partai ini. Saran saya kalau mau tetap eksis maka internal Golkar harus dipersolid, agar jangan sampai kader-kader elitnya berpindah ke lain hati,” gambar Arbi.

Ketakutan Golkar yang dibaca publik saat ini adalah ketika para petinggi partai itu secara terbuka menyatakan Nasdem telah memanfatkan jaringan partainya dalam pergerakan di berbagai daerah.

Ketakutan itu juga dilaporkan karena Golkar mendapat “laporan intelijen” bahwa Nasdem dalam waktu dekat akan mendeklarasikan diri menjadi parpol dengan target suara lima hingga 10 persen.  Ada yang menyebutkan Golkar takut basis suaranya tergerus Nasdem. (*edy/ham)

Tanda-tanda mengarah ke parpol

Dia menyebutkan, struktur organisasi yang terdiri dari sejumlah politisi besar, makin memperjelas, bila Nasdem mengincar Pemilu 2014 dengan menjadi parpol.

“Coba lihat, mana ada ormas yang bikin iklan seperti itu. Apalagi namanya kalau bukan mau menjadi parpol,” tandas Arbi.

Bahkan Arbi menilai, ormas yang belum resmi berpindah haluan jadi parpol itu, telah mencolong start jauh sebelum kampanye pemilu 2014 mendatang.

Namun status Nasdem yang hingga kini masih mengaku sebagai ormas menuai banyak protes dari sejumlah partai. Khususnya dari partai-partai yang kadernya direkrut masuk kedalam ormas itu diantaranya dari Partai Golkar dan PDIP.

Kekhawatiran Golkar akan eksistensi Nasdem dinilai Arbi wajar mengingat kuatnya pengaruh kader Golkar yang bergabung ke ormas bentukan Surya Paloh itu.

Arbi menilai, kader-kader Golkar lainnya akan segera menyusul ‘hijrah’ ke Nasdem, apabila ormas tersebut resmi menyatakan dirinya menjadi parpol.

“Sudah pasti (mereka pindah). Kan orang-orang yang di Nasdem itu semuanya berpengaruh kuat,” pungkas Arbi. (*mar/bo)

PDIP Jangan Pecat Kader ke NasDem

PDI Perjuangan

Kiprah organisasi kemasyarakatan (ormas) Nasional Demokrat (Nasdem) cukup membuat Partai Golkar ketar-ketir. PDIP pun diminta jangan memecat kadernya yang bergabung ke Nasdem.

Mantan Ketua DPC PDIP Kota Semarang, Sriyono, menyatakan partai tersebut tidak perlu melakukan pemecatan terhadap kader yang ikut bergabung dalam Nasdem. Seharusnya partai bangga jika kadernya masuk ormas seperti Nasdem karena bisa diambil sisi positifnya, yakni pendekatan untuk Pemilu 2014.

“Harusnya jika ada kader yang masuk ormas jangan dicurigai, akan tetapi diambil sisi positifnya,” kata Wakil Ketua DPRD Kota Semarang ini.

Ia menegaskan bahwa ada perbedaan antara ormas dan partai politik. Selain itu, selama ini kader PDIP juga banyak yang masuk ormas seperti Pemuda Pancasila dan KNPI.

“Dulu saya masuk dalam Gerakan Pemuda Marhaenisme yang saat itu diketuai Rahmawati Soekarnoputri. Setelah itu Rahmawati masuk parpol, saya tetap menjadi kader PDIP,” ujarnya.

Ia menyatakan juga pernah masuk Persatuan Nasional Indonesia Supeni, namun kemudian yang bersangkutan membentuk Partai Nasional Supeni dan dirinya tetap sebagai kader PDIP.

Oleh karena itu, lanjut Sriyono, partai diharapkan tidak khawatir bagi kadernya yang masuk ormas dan tidak perlu ada pemecatan. “Kalau kader masuk ormas dipecat dari partainya, partai bisa habis,” katanya.

Sriyono mengaku siap bergabung dengan Nasdem yang rencananya di tingkat Jawa Tengah akan diresmikan. “Kalau saya dipakai di Nasdem, saya siap atas seizin dan penugasan dari partai,” kata Sriyono. Diungkapkan dia, pelantikan Nasdem di Jateng direncanakan dilakukan setelah Lebaran Idul Fitri 1431 Hijriah. (*an/sss)