JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum sekaligus pendiri ormas
masyarakat Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh resmi mundur dari Partai Golkar. Menurutnya, pengunduran dirinya
tersebut merupakan langkah antiklimaks terhadap perjuangannya selama 43 tahun
di partai berlambang pohon beringin tersebut.
Golkar, saya yakin, tidak memerlukan saya
lagi. Dan, saya juga berpikir kalau saya sudah tidak memerlukan golkar lagi.
Meskipun demikian, Paloh mengatakan, pilihan ini bukanlah akhir
dari kariernya di dunia politik. Dia meyakini peran politiknya tidak akan
berakhir seiring keputusannya keluar dari Golkar.
"Perubahan ini adalah perkara hari ini dan hari depan.
Perubahan membutuhkan organisasi politik yang bisa menempa kader dan massa
dengan elan pergerakan, memimpin rakyat, serta mengorganisasikan perjuangan
untuk menjawab tantangan zaman," tuturnya.
Sebelumnya, Paloh mengatakan, salah satu pertimbangan
pengunduran dirinya tersebut karena ia menilai Partai Golkar tidak mampu
berinteraksi dengan satu keinginan yang timbul dalam masyarakat. Hal itu, kata
Paloh, dapat dilihat dari angka pemilih Partai Golkar pada pemilihan umum, dari
24 persen pada 1999 menurun hingga 14 persen di pemilu terakhir pada 2009.
"Ini merupakan sebuah tren penurunan. Ada apa, apa yang
salah? Ada yang kurang dalam Golkar. Tentu wajar apabila ini merupakan sebuah
perenungan bagi kader-kader sejati Golkar," papar Paloh.
Paloh memutuskan keluar dari Golkar setelah mendirikan
organisasi massa Nasdem. Ia bergabung dengan Golkar sejak Pemilu 1971 ketika
masih berusia 19 tahun. Ketika itu, dia dicalonkan menjadi anggota DPRD
Kotamadya Medan.