Saturday, January 26, 2013

Surya Paloh: Nasdem Siap Kompetisi dalam Harmoni


Surya Paloh: Nasdem Siap Kompetisi dalam Harmoni

Penulis : Sabrina Asril | Sabtu, 26 Januari 2013 | 22:44 WIB



JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menyatakan partainya siap berkompetisi dalam Pemilu 2014 mendatang. Namun, kompetisi itu harus berlangsung harmoni tanpa melukai satu sama lain. Hal tersebut diungkapkannya dalam pidato penutupan Partai Nasdem, Sabtu (26/1/2013), di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan.

"Di dalam perspektif saya inilah yang saya nyatakan Nasdem siap berkompetisi dalam harmoni," ucap Surya Paloh yang langsung disambut tepuk tangan ribuan kader Nasdem yang menghadiri seremoni penutupan kongres kali ini.

Menurut Surya Paloh, kompetisi seharusnya dilakukan dengan tidak saling menyakiti atau menjatuhkan tetapi dalam hal yang membanggakan. "Berkompetisi tidak seharusnya saling melukai atau saling menghina, menjatuhkan tapi bisa berkompetisi yang saling membanggakan," ujar Surya Paloh.

Inisiator organisasi massa Nasional Demokrat itu mengajak kepada para pemegang kekuatan partai politik ini untuk memberikan suasana kondusif dalam menghadapi Pemilu. "Ketika semangat kebersamaan ditinggalkan, kita mulai terprovokasi untuk saling berhadapan antara kita. Dunia luar akan menertawakan kita. Seandainya parpol sadari dan ciptakan solidaritas, maka persatuan dan kesatuan juga terjalin," katanya.

Pemilik Media Grup ini juga menilai kritikan terhadap partai politik seharusnya diterima sebagai bentuk kehormatan. "Berangkat dari malam ini, kami juga menawarkan tidak hanya tegur sapa dalan verbal formal tapi dalam kritik yang membangun," imbuh Surya Paloh.

Editor :
A. Wisnubrata
http://nasional.kompas.com/read/2013/01/26/22444328/Surya.Paloh.Nasdem.Siap.Kompetisi.dalam.Harmoni utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=Dinamika%20Partai%20Nasdem



Monday, January 21, 2013

Hary Tanoe: Saya Mundur dari Partai Nasdem

Hary Tanoesoedibjo

Hary Tanoe: Saya Mundur dari Partai Nasdem
Penulis : Sabrina Asril | Senin, 21 Januari 2013 | 15:01 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pakar DPP Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Hary Tanoesoedibjo menyatakan mundur dari keanggotaan Partai Nasdem. Hal itu disampaikannya secara resmi dalam jumpa pers, Senin (21/1/2013), di Jakarta.

"Saya menyatakan mundur dalam kapasitas saya sebagai Ketua Dewan Pakar. Mulai hari ini, saya bukan lagi anggota dari Partai Nasdem. Keputusan ini saya lakukan dengan berat hati," kata Hary. 

Ia menyatakan, sejak bergabung dengan Partai Nasdem pada 9 Oktober 2011, Hary merasa telah melakukan upaya terbaik, baik energi, pikiran, dana, maupun risiko, untuk berpartisipasi membesarkan Partai Nasdem. "Target utamanya lolos verifikasi dan lolos sebagai partai peserta pemilu. Saya merupakan bagian yang ikut meloloskan Nasdem," kata bos MNC Grup ini.

"Keputusan saya ini tidak mengenakkan, tapi pada satu titik saya harus memutuskan ini. Aktivitas politik harus tetap dijalankan. Destiny keterlibatan saya di politik adalah menjadi bagian dari perubahan untuk bangsa Indonesia menjadi lebih baik. Saya ingin ikut andil secara nyata, langsung. Karena bagaimanapun politik menjadi satu bagian ideologi dan bagian dari masa depan kita," papar Hary.

Perpecahan di tubuh Nasdem mulai merebak ketika beredar kabar adanya faksi di dalam partai itu. Dikabarkan, Surya Paloh yang akan menjadi ketua umum partai itu berseberangan dengan faksi Hary Tanoe. Beberapa waktu lalu, kelompok Surya Paloh memecat Sekjen Garda Pemuda Nasional Demokrat (GPND), Saiful Haq.


http://nasional.kompas.com/read/2013/01/21/15011526/Hary.Tanoe.Saya.Mundur.dari.Partai.Nasdem?utm_source=WP&utm_medium=Ktpidx&utm_campaign=Perpecahan%20Di%20Partai%20Nasdem


Friday, January 11, 2013

Partai NasDem Pecah?


Nasdem Pecah? Saiful Haq cs Jadi Korban

Gejolak perpecahan di tubuh Partai Nasional Demokrat bukan isapan jempol. Sekretaris Jenderal Garda Pemuda Nasional Demokrat (GPND) Saiful Haq dipecat. Pemecatan tertuang dalam surat keputusan 1/SE/DPP-GPND/I/2013, yang dikeluarkan setelah DPP Garda Pemuda Nasional Demokrat menggelar rapat pleno pada Selasa (8/1) kemarin. Pemecatan disebut-sebut dipicu konflik Surya Paloh dengan Hary Tanusoedibjo.

Dalam SK yang sama juga disebutkan, pengunduran diri Rizky Aprilia sebagai Ketua Garda Pemuda DKI Jakarta diterima dan pembekuan kepengurusan Garda Pemuda DKI Jakarta.


Saiful menolak pemecatan sepihak tersebut. Penolakan dia ungkapkan dalam tulisannya berjudul "Memenangkan Hukum dan Akal Sehat: Sebuah Demarkasi (Garis Pemisah) Ideologi-Politik-Organisasi" yang dimuat di situs http://gardapemudanasdem.org. Dalam tulisan yang diupload kemarin itu dia menumpahkan catatannya secara kritis-filosofis atas kepemimpinan Ketum GPND Martin Manurung selama ini.


"Tuduhan-tuduhan dan asumsi yang dijadikan dasar pemberhentian kami tidak didasari oleh fakta, semua hanya berdasarkan 'gosip' yang disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab," ungkapnya.



Menurut Syaiful Haq, dirinya tidak pernah diberikan kesempatan untuk mengklarifikasi dan hak pembelaan diri terkait tuduhan yang dialamatkan. Padahal, sesuai Peraturan Dasar Pasal 13 klarifikasi dan pembelaan merupakan hak anggota. "Bahkan dalam rapat pleno yang memutuskan keputusan tersebut, kami tidak diundang dan diberi kesempatan untuk melakukan klarifikasi," kesalnya.


Celakanya, sebut dia, dalam Surat Edaran DPP Garda Pemuda No. 001/SE/DPP-GPND/I/2013, tidak disebutkan pasal apa yang telah dilanggar. Mereka hanya dituduh melakukan “insubordinasi.” 



"Sejak kapan “ketundukan” pada seorang Ketua Umum menjadi ukuran bersalah tidaknya seorang kader. Dan sejak kapan seorang Ketua Umum menjadi tuhan yang tidak boleh terbantahkan dalam segala hal? Ini adalah pembungkaman terhadap suara-suara yang berbeda dalam organisasi," tegasnya lagi.



"Apa yang terjadi pada kami, adalah bentuk arogansi kekuasan DPP, dan merupakan pembangkangan aturan organisasi, dan tentu kami menolak keputusan tersebut. Apa yang terjadi pada kami adalah preseden buruk dalam tradisi berorganisasi, aturan organisasi dikesampingkan untuk memenuhi ambisi kekuasaan pihak tertentu.


Friday, January 4, 2013


January 03, 2013


Surya Paloh
Nasdem Chair Shuts Down Speculation of Rift Between Surya and Hary
Ezra Sihite, SP/Robertus Wardi & Markus Junianto Sihaloho

The National Democratic Party has denied talks of a rift between its two most high-profile officials, following speculation that an ongoing power grab could cripple the party’s ambitious plans for a strong showing in its electoral debut next year.

Patrice Rio Capella, the chairman of the party known as Nasdem, refuted on Wednesday all rumors of a rift between Surya Paloh and Hary Tanoesoedibjo.

“There is no rift. All our members are concentrating on winning the [2014 legislative] election,” Rio said.

Any talk of a split, he added, “is a lie.”

Surya, a former Golkar Party stalwart and owner of Metro TV and the Media Indonesia broadsheet, founded the National Democrat social organization from which the party originated.

Hary serves as chairman of the party’s board of advisers. He was named by Forbes as the 29th richest person in the country last November, thanks in large part to his ownership of the Media Nusantara Citra conglomerate.

Although Hary joined the party on Surya’s invitation several months after it was established, observers say he has now overtaken the co-founder as the dominant force behind Nasdem.

Speculation is mounting that he is seeking to consolidate his power over the party as part of a rivalry with Surya, who has increasingly been replaced by Hary as the public face of the party over the past year.

A source inside the party told the Jakarta Globe that Hary was “slowly but surely” squeezing Surya out.

“Hary seems to want to control Nasdem. We don’t know yet what his target is. Perhaps there’s someone behind him, maybe the Cendana clan,” the source said, referring to the family of the late Suharto.

The source warned that the rift could hurt the party in the 2014 legislative election, the first poll the party will be eligible for since its establishment in 2011, and one in which it is seeking to win 31 percent of votes.

The ruling Democratic Party, which won the most votes in the 2009 poll, managed just 20.8 percent back then.

The Nasdem source said that since Hary joined the party in November 2011, he had appointed his own people to key posts within the organization, making it increasingly difficult for Surya to have a say.

Arya Fernandez, an analyst with the Charta Politika, said last week that the biggest challenge facing the party ahead of the election was to prevent a split between its two figureheads. “If that happens, Nasdem will quickly wilt before it even has the chance to blossom,” he said.