Thursday, February 10, 2011

Restorasi Indonesia: Jalan Perubahan bagi Indonesia yang Bermartabat, Kuat, dan Sejahtera

Surya Paloh
Ketua Umum Nasional Demokrat


Assalamu’alaikum warahamatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.

Saudara-saudara tamu undangan Simposium Restorasi Indonesia yang saya hormati.

Hari ini, 30 Januari 2011, satu pekerjaan besar sudah kita lewati, sebagai pilar menajamkan fondasi republik ke masa depan. Pekerjaan yang dimulai sejak 1 Juni 2010, yakni simposium restorasi Indonesia yang bertujuan untuk menggali dan merumuskan guideline kejayaan Indonesia.

Nasional Demokrat berketeguhan hati untuk mengajak kaum cendekiawan, praktisi, serta siapapun untuk menyelami keluhuran paradigma maritim. Nasional Demokrat mengurai pasal demi pasal UUD 1945 dalam balairung kampus. Nasional Demokrat mengkaji naskah dan tulisan yang dikirim oleh anak-anak bangsa yang terpanggil untuk merawat Indonesia.

Saudara-saudara yang saya hormati,
Sungguh satu kehormatan bagi saya secara pribadi, menginisiasi forum ilmiah ini. Terlebih lagi bagi kami, jajaran pengurus pusat Nasional Demokrat. Kami sadar sesadar-sadarnya bahwa tidak ada praktek perjuangan yang maju tanpa teori perjuangan yang maju. inilah basis pemikiran Nasional Demokrat, untuk membuat jejaring dengan civitas akademika di seluruh Indonesia.

Melalui simposium ini, saya juga mengaturkan terima kasih yang mendalam kepada kampus-kampus yang turut menyumbangkan pikiran-pikiran bernasnya. Saya berjanji akan tetap merawat dan meneruskan program kerjasama kita, ke tahap yang lebih maju.

Saudara-saudara yang saya hormati,
Kita bisa berkacara pada pengalaman bangsa Tiongkok, keluar dari cengkraman revolusi hijau. Hampir tak ada negara yang bisa keluar dari gurita pestisida dan zat-zat kimiawi tersebut. Hanya dengan ketekunan para ilmuwan kampus serta kebijakan yang progresif dari pimpinan negaranya, Tiongkok bisa menyelamatkan 1 Milyar pendudukanya.

Kemajuan bangsa dan negara ditentukan oleh gerak sejarah peradaban masyarakatnya sendiri. Dalam hemat saya, Indonesia adalah bangsa yang paling beruntung di atas jagad bumi ini.
Kekayaan alam dan manusia adalah takdir yang terelakkan bagi Indonesia. Dalam dimensi sejarah, kekayaan alam tersebut menjadi mitos yang tak habis-habisnya dikutip dari masa ke masa. Namun karunia Indonesia sebagai negara kepulauan diselewengkan oleh pola pikir dan tata kelola negara sesat. Lihatlah, laut yang penuh dengan sumber kehidupan ditelantarkan, dibiarkan, dan dijarah.

Hari ini, sebagian besar masyarakat Indonesia hidup dalam kubangan kemiskinan hampir mencapai 40% dari total populasi Indonesia, berpendapatan kurang dari 2 US dollar per hari, mereka harus berjibaku untuk menyumbang nafas.

Saudara-saudara peserta simposium yang saya hormati,
13 tahun reformasi menghiasi dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita, bangga telah menjadi negara demokrasi. Tetapi mutu kehidupan mutu kehidupan manusia Indonesia secara kualitatif tidak banyak berubah. Kita tetap saja berada dalam kelompok negara miskin dunia. Semakin hari kita semakin kalah dan lelah menghadapi kompetisi global.

Demikian juga hukum. Peraturan dan perundang-undangan di negeri ini banyak, bahkan terlalu banyak. Tetapi law-enforcement amat buruk karena hukum dipraktekkan sebagai sebuah muslihat, untuk mengelabui kebenaran substansial. Law-protection tidak menunjukkan wujudnya ketika berhadapan dengan lingkaran kekuasaan.

Birokrasi sebagai perpanjangan tangan negara dalam pelayanan publik, tak beranjak sedikitpun dari tabiat malasnya. Pelayanan tidak menjadi roh yang mewataki secara kuat kinerja mereka. Birokrasi menjadi bertele-tele dan biaya tinggi.

Seluruh paradoks yang saya paparkan di atas, menegaskan beberapa perkara fundamental dalam proses bernegara dan berbangsa kita sekarang.
Saudara-saudara, saya pastikan bahwa kelumpuhan pranata negara dalam membangun kesejahteraan disebabkan oleh demoralisasi hampir dalam segala bidang.

Negara kita, kehilangan semangat kemandirian, dalam menyusun strategi pembangunan nasional, sehingga membuat Indonesia terombang-ambing.
Masyarakat kita kehabisan etos produktif, di tengah arus global yang mengutamakan pertarungan bebas.

Bangsa kita belum berdikari, dalam memajukan peradaban di tengah kepungan budaya-budaya instan yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa.

Saudara-saudara peserta simposium yang saya hormati,
Sekali lagi saya mengajak, marilah kita merefleksikan kondisi Indonesia hari ini secara objektif, proyektif, serta dengan semangat kemajuan untuk merubah keadaan!

Apa yang telah berubah sejak 66 tahun merdeka? Apakah nasib jutaan rakyat berubah? Apakah kita masih punya rasa percaya diri di tengah kebangkitan bangsa-bangsa Asia yang mampu keluar dari krisis dan ketergantungan? Apakah kita percara memiliki kemampuan untuk mencapai cita-cita bangsa yang belum sempat diwujudkan?

Saudara-saudara yang saya hormati, tentu jawaban itulah yang akan kita diskusikan hari ini, untuk menemukan pokok soal dan mencari alternatif jalan keluarnya. Inilah tanggung jawab sejarah kita secara kolektif.

Bangsa-bangsa besar di Eropa bisa tumbuh dan maju seperti yang kita saksikan hari ini, tentunya bukanlah tanpa peluh dan darah. Bahkan demi mencapai gerbang abad pencerahan, mereka harus menempuh revolusi kebudayaan di era renaisance.

Demikian pula denga bangsa Tiongkok yang dengan bekerja dan berpikir keras. Kini, mereka sedang menjadi kekuatan baru, baik itu dalam lapangan ekonomi, politik, budaya, dan militer yang tengah merubah keseimbangan kekuatan dunia. Inilah kondisi yang menjadi cermin sekaligus cemeti bagi kita, bangsa Indonesia untuk maju ke depan.

Situasi sekarang ini, menciptakan ruang kosong terhadap pengabdian dan pemberdayaan masyarakat. Warga negara merasa tidak terlayani oleh negara dan seluruh instrumennya.

Ruang kosong inilah, yang hendak diisi oleh Nasional Demokrat melalui gerakan perubahan di bawah tema besar: Restorasi Indonesia. Nasional Demokrat melalui Restorasi Indonesia menginginkan demokrasi yang mempermudah pemerintahan, bukan mempersulit.

Demokrasi bagi Nasional Demokrat adalah alat, bukan tujuan. Adalah kesalahan ketika, atas nama demokrasi, rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan penderitaan panjang dan tak berujung.

Melalui gerakan Restorasi Indonesia, Nasional Demokrat ingin mendorong demokrasi yang berbasiskan warga negara yang kuat yang terpanggil untuk merebut masa depan gemilang dengan keringat dan tangan sendiri.
Kita ingin membangun karakter berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh semangat partisipatif, gotong royong, dan solidaritas.

Negeri ini, membutuhkan perubahan yang tidak sekadar perubahan sirkulasi kekuasaan, melainkan transformasi watak negara kembali kepada jati dirinya, yakni Pancasila.

Saudara-saudara peserta simposium yang saya hormati,
Restorasi Indonesia adalah harapan baru bagi arah negara berdasarkan sejarahnya. Restorasi juga memberikan sinar terang bagi masyarakat yang terbelenggu oleh kegelapan.

Gerakan restorasi nilai-nilai kebangsaan ini sekaligus sebagai jawaban atas tatanan dan praktik ekonomi kronistik dan politik otoriter di masa lalu. Untuk melakukan satu langkah sejarah, membangun visi kenegaraan, konsolidasi nasional mutlak harus kita jalankan. Sebab langkah sejarah adalah langkah yang progresif, langkah yang progresif saudara-saudara, bukan konvensional apalagi mundur.

Langkah maju yang bersifat menjebol dan membangun! Dari panggung ilmiah ini, saya sampaikan Restorasi Indonesia adalah pelaksanaa dari semangat Pancasila yang kontekstual: Bangsa yang semakin mantap bersatu dan bermartabat, Negara yang semakin kuat dan berwibawa, dan Rakyat yang semakin maju sejahtera.

Inilah pandangan saya sebagai anak bangsa, salah seorang penerus estafet republiken, untuk satu tujuan Indonesia Raya dan Jaya.

Saya yakin dan percara bahwa kita semua yang hadir di ruangan ini memiliki tujuan yang sama, yakni Indonesia yang Bermartabat, Indonesia yang kuat, dan Indonesia yang sejahtera.

Jakarta, 30 Januari 2011
Surya Paloh
Pidato Ketua Umum Nasional Demokrat
dalam Seminar Penutup Simposium Restorasi Indonesia.